Rabu, 23 Maret 2011

imamah dalam ajaran syiah

BAB I PENDAHULUAN Syiah adalah para pengikut Ali bin Abi Tholib. Mereka berpendapat bahwa Imamah merupakan hak Ali yang ditetapakan berdasarkan wasiat Nabi SAW , mereka meyakini bahwa imamah tidak akan jatuh ketangan orang lain selain keturunan Ali bin Abi Tholib dan jika jatuh ketangan orang lain maka hal itu disebabkan karena kezaliman mereka. Mereka juga berpendapat bahwa permasalahan imamah bukanlah merupakan persoalan kemaslahatan umat yang diperoleh dengan cara pemilihan umum, tetapi merupakan permasalahan pokok dalam agama Islam yang tidak mungkin disembunyikan dan disepelekan oleh rasul-rasul Allah ataupun diserahkan kepada umat. Dalam perkembangannya, syi’ah mengalami perpecahan menjadi beberapa kelompok-kelompok. Kelompok-kelompok tersebut sepakat dalam beberapa hal, antara lain: a. Pengangkatan Imam paska Rasulullah b. Imam-imam syiah itu maksum c. Menolong imam adalah wajib Meskipun kelompok-kelompok syiah sepakat dalam masalah pengangkatan Imam tapi mereka berbeda pendapat mengenahi siapa yang berhak menjadi imam dan permasalahan inilah yang menyebabkan munculnya beberapa mazhab atau aliran dalam kelompok syiah. Agar pembahasan terfokus dan tidak melebar maka kami membatasi dalam makalah ini : 1. Apa yang melatar belakangi munculnya syiah itu ? 2. Apa hukum pengangkatan imamah menurut mereka ? 3. Bagaimana pemikiran mereka tentang Imamah ? BAB II PEMBAHASAN A. Timbulnya golongan syiah Syiah adalah golongan yang mendukung sayyidina Ali k.w. secara khusus . Benih pertama munculnya syi’ah adalah golongan yang berpendapat bahwa setelah Nabi Muhammad wafat keluarga beliau lebih berhak untuk menggantikan beliau . dan keluarga beliau yang paling berhak adalah Al Abbas paman beliau dan Ali anak pamannya . Dalam perkembangan selanjutnya setelah Kholifah Usman terbunuh dan kekholifahan dipegang oleh Ali bin Abi Tholib terjadilah perang siffin antara pasukan Ali bin Abi Tholib dan pasukan Mu’awiyah bin Abi sofyan, dalam peperangan tersebut pihak Ali sebenarnya akan mendapat kemenangan, namun Mu’awiyah bin Abi Shofyan setelah berunding dengan para sahabatnya dan mereka telah menyarankan, pada hari terahir dari perang shiffin untuk mengangkat mushaf – mushaf di ujung tombak sambil menyeruh " ini kitab Alloh azza wa jalla ada di tengah kita, siapa yang berhak mewakili daerah syam selain penduduk syam itu sendiri dan siapa yang berhak mewakili daerah irak selain penduduk irak itu sendiri. Menghadapi hal itu kemudian kelompok Ali terpecah menjadi dua kelompok utama, salah satu dari kedua kelompok tersebut membelot menjadi lawan dan beralih menjadi partai pembangkang, yang berlebih – lebihan dalam mengecam dan memusuhinya, sebagaimana dulu telah berlebih – lebihan dalam kesetiaannya, mereka itulah yang kemudian digelari al- Khowarij.sedang kelompok ke dua tetap loyal dan melipat gandakan kesetiaannya kepada pemimpinnya, kemudian loyalitas ini terus berlanjut dalam sejarah dan generasi sesuai dengan perkembangan event dan peristiwa, serta memunculkan berbagai teori. Dan mereka itulah yang kita sebut akar atau pangkal dari syi'ah . B. Kelompok – kelompok Syi'ah Syi'ah terpecah menjadi berpuluh – puluh kelompok , namun bisa dikelompokkan menjadi 5 firqoh utama, yaitu : 1. Al Kaisaniyah Firqoh ini didirikan oleh Kaisan, Maula Ali bin AbiTholib atau Muhammad bin Ali (al Hanafiyah) dan dibentuk setelah terbunuhnya Husain . Dia menyerukan agar kaum Syiah mendukung Muhammad bin Ali yang terkenal dengan sebutan ibnu Hanafiyah, setelah kematian kedua saudaranya : al Hasan dan al Husein. Dia telah melukiskan gambaran tentang Muhammad ini dengan gambaran yang ajaib. Dia menyatakan bahwa Muhammad telah mewarisi ilmu – ilmu rahasia yang telah diwasiatkan oleh Ali dan dianugerahi segala sifat kesucian. Sejak saat itu mulailah terpatri ide " imamiyah", "al Mahdiyah", "al wishoyah" dan "ar Roj'ah". 2. Al- Zaidiyah Mereka adalah para pengikut Zaid bin Ali bin Husein bin Ali bin Abi Tholib, mereka menggiring keimamahan pada keturunan Fatimah, dan ketika zaid berguru kepada Wasil bin 'Atho' pemimpin muktazilah maka seluruh pengikut Zaid mengikuti faham muktazilah . 3. al Imamiyah Mereka adalah golongan yang berpendapat bahwa Ali bin Abi Tholib adalah yang paling berhak menjadi Imam setelah Rosululloh wafat .Mereka mengatakan bahwa Nabi Muhamad telah menentukan Ali sebagai kholifah kemudian diambilnya begitu saja oleh Abu bakar dan umar, mereka tidak mengakui kedua imam ini dan mencela pemerintahan mereka. Golongan ini memasukkan pengakuan terhadap imam sebagai bagian dari iman. Golongan imamiyah ini kemudian terpecah menjadi kelompok – kelompok yang banyak dan cabang imamiyah yang terpenting adalah imamiyah itsna asy’ariyah mereka percaya bahwa jumlah imam seluruhnya ada dua belas, dan sebagai imam terahir adalah Muhammad bin Abu Muhammad Hasan Al Asykari yang menghilang pada usia lima tahun yang kemudian terkenal dengan sebutan Muhammad al Mahdi al Muntadzor . 4. Ismailiyah Mereka menamakan demikian karena rangkaian imam mereka berhenti pada Ismail ibnu Jakfar siddik. Setelah ismail sebagai imam ketujuh, maka silih berganti imam – imam yang tersembunyi. Menurut mereka imam boleh bersembunyi bila dia merasa tidak kuat menentang lawan. Ketika imam mereka kuat, seperti Ubaidulloh al – mahdi, menampakkan diri dan mendirikan kerajaan fatimiyah di mesir, Tunis dan maroko pada tahun 969 M . Kelompok Ismailiyah biasa dinamakan Batiniyah karena banyak imam – imam mereka yang bersembunyi. 5. al Gholiyah Mereka adalah golongan yang keterlaluan di dalam memberikan hak – hak imam – imam mereka sehingga mengeluarkan mereka dari batas – batas mahluk. Mereka menghukumi imam – imam mereka dengan hukum – hukum ketuhanan terkadang mereka menyamakan imam –imam mereka dengan sifat ketuhanan . C. Imamah dalam pemikiran politik syi’ah Menurut M. Dhiauddin Rais dalam bukunya al-nazariyah al-siyasiyah menjelaskan pengertian imamah yaitu pemerintahan Islam yang legal ( sesuai dengan syara') atau konstitusional . Abul Hasan al Mawardi dalam kitabnya al ahkam assulthoniyah menjelaskan bahwa keimamahan itu diletakkan untuk menggantikan posisi kenabian dalam memelihara agama dan politik keduniawian. Menurut Muhammad Husein Kashif al-Ghita bahwa Imamah adalah suatu jabatan ilahi. Allah yang memilih berasa pengetahuan-Nya yanhg azali menyangkut hamba-hamba-Nya, sebagaimmana Dia memilih nabi. Dia memerintahkan kepada Nabi untuk menunjukkannya kepada umat dan memerintahkannya mereka megikutinya. Mereka percaya bahwa Allah emerintahkan nabi-Nya untuuk menunjuengan tegas Alli dan menjadikannya tonggak pemandu bagi manusia sesudah Beliau. Pada hakikatnya yang pertama kali menulis dalam masalah " keimamahan" secara ilmiyah dan yang pertama berupaya membuktikkan madzab mereka dengan dalil – dali logika atau secara dialektik , sama adanya apakah dalil – dalil tersebut dibangun atas dasar agama- teologi – ataupun aqli, adalah orang orang syiah. Seperti diketahui bahwa ilmu kalam yang khusus membahas aqidah – aqidah agama, muncul sebagai konsekwensi dari diskusi dan perdebatan yang terjadi antara syiah, muktazilah, dan ahlul hadits. Dengan demikian keimamahan yang merupakan sisi politik dari ilmu kalam tercipta dari hasil diskusi antara syiah dan para rivalnya :dari Khowarij, muktazilah dan juga ahlus sunnah wal jamaah. Hakikat ini mempunyai indikasi yang menentukan bahwa syiah merupakan pihak pertama yang mengadakan ilmu ini dan mewarnainya dengan karakter mereka, membentukya sesuai denga formulasi yang mereka inginkan . Dan pemikiran –pemikiran mereka tentang imamah lebih banyak dihasilkan dari sentimental atau perasaan kecintaan.jadi persoalannya adalah bahwa ia dibangun lebih banyak atas dasar emosional dari pada atas dasar logika dan pembuktian.dengan demikian, pembentukannya mesti memakan waktu dan melalui beberapa peristiwa tertentu, sehingga perasaan atau emosi mencapai puncak kekuatannya dan mendalam sampai menembus ke lapisan yang paling bawah " sensasi yang terpendam. Syiah berpendapat tentang wajibnya Imamah. Dalam hal ini mereka sependapat dengan Ahlussunnah wal jamaah dan mayoritas Khowarij dan muktazilah. As-syihristani mengatakan ," Syiah mengatakan imamah adalah wajib dalam agama secara akal dan syara', sebagaimana adanya kenabian wajib dalam fitrah secara akal dan syara''. Kebutuhan manusia kepada imam yang wajib ditaati, yang memelihara hukum –hukum syara', seperti kebutuhan manusia kepada Nabi yang diutus, dan kebutuhan makhluk pada perlindungan dari pemeliharaan syara, seperti kebutuhan mereka pada pencegahan kejahatan." Al- Qosim ibnu ibrahim seorang pengikut syiah Zaidiyah juga mengungkapkan bahwa otoritas politik merupaka hal yang niscaya karena sifat manusia yang tidak sempurna : "hasrat terhadap seks dan makanan tertanam dalam diri semua manusia, dan bilah tidak ada seorang yang membatasi atau mengekangnya, maka setiap orang akan saling berkelahi untuk memenuhi hasrat mereka. Akibatnya, dunia akan hancur…. Manusia membutuhkan pemandu yang mengajarkan batasan – batasan ini kepada mereka, dan pemandu ini adalah Imam. Seorang imam juga berhak untuk menghukum orang – orang yang tidak mematuhinya dan memberikan penghargaan kepada mereka yan mematuhinya. Dengan cara inilah keamanan manusia akan terjaga. Ibnu Al Muttohir al Hilli yang berjuluk al Allamah (hillah 1250- tabriz 1325) seorang tokoh syiah modern juga berpendapat tentang wajibnya imamah dan ia beragumen tentang pentingnya Imamah dengan mengemukakan pengalaman umum " pilihan yang dimiliki oleh kalangan cendekia diseluruh negeri dan disemua kota untuk mengangkat pemimpin demi menjaga ketertiban membuktikan bahwa tidak ada jalan lain selain imamah Secara umum syiah memang memandang wajib adanya imamah namun, mereka memiliki pemahaman tersendiri dalam konotasi wajib, yaitu mereka tidak melihat bahwa imamah wajib bagi umat, tetapi mereka mengatakan imamah wajib bagi Alloh. Pendapat yang mengatakan adanya sesuatu yang wajib atas Alloh, tampak aneh. Namun, tidak akan tampak aneh jika kita mengetahui sumber teori ini. Sebenarnya teori ini adalah pecahan dari teori mu'tazilah, mereka berpendapat bahwa fi'lu as-sholah ( melakukan yang baik) wajib bagi Alloh. Di antara hasil – hasil yang berkembang pada madzab mu'tazilah juga pada pemikiran Syi'ah karena banyak orang syiah juga menganut pemikiran mu'tazilah adalah bahwa fi'lu al-luthfi ( melakukan kelunakan) adalah wajib bagi Alloh . Mereka menafsirkan al-luthf seperti yang didefinisikan pengarang kitab Mawaqif "adalah perbuatan yang mendekatkan diri hamba kepada ketaatan dan menjauhkan diri dari kemaksiatan". Mereka mengatakan, melakukan al-luthfi adalah wajib bagi Alloh, dan dengan adanya imamah-imamah mereka mengemukakan dalil yang banyak untuk membuktikan hal itu adalah bagian dari al-luthf dan mereka beristidlal atas adanya imamah sebagai luthf,dan terhadap wajibnya,dengan dalil berikut ini : 1. agar bisa melaksankan kewajiban – kewajiban aqliyah dan menghindari keburukan aqliya dan menjaga kemurnian agama maka diperlukan imamah 2. untuk mengetahui Alloh adalah melalui ajaran rosul dan imam, maka tidak mungkin alam ini sunyi dari imam yang maksum 3. penetapan imamah adalah harus penetapan dari Alloh karena kalau melalui pemilihan manusia maka akan terjadi perselisihan di antara mereka 4. Imam wajib maksum (terjaga dari melakukan perbuatan dosa) maka tidak mungkin dari hasil pemilihan manusia 5. imam adalah wakil Alloh dan serta rosulNya. 6. Imam adalah Hujjah Alloh yang berlaku bahwa Alloh ingin menyampaikan syariatnya kepada hamba – hambanya,dan bahwa Alloh berbicara dengan mereka dan menugaskan mereka untuk mengikuti segala perintahnya sereta menjauhi segala larangannya.seandanya tanpa adanya mereka kemudian Alloh mengadzab mereka karena berbuat salah maka pasti mereka mangkir.akan tetapi keberadaannya menghapus alasan bagi mukallaf.Mencermati alasan – alasan tersebut sebenarnya syiah menganalogikan imamah dengan nubuwah. Secara keseluruhan di kalangan syiah, Imamah mempunyai makna ruhaniyah yakni mempunyai hubungan ritual dengan tuhan . Oleh karena itu mereka hampir mendudukkan para imam dalam posisi nabi yang bertugas mengembangkan peraturan – peraturan Allah. Imamah harus berdasarkan tunjukan dari Nabi. Setelah Nabi Muhammad SAW wafat yang berhak menjadi Imam adalah pada keturunan Ali bin Abi Tholib. Syiah meyakini bahwa Rasulullah sebelum wafat telah mewasiatkan kepemimpinan umat kepada Ali dan Imam sesudahnya. Menurut syiah, imam itu mempunya empat fungsi yaitu : 1. Pemimpin agama yang bersifat otoritatif 2. Keputusannya bersifat mengikat 3. Memimpin urusan politik dan social 4. Pemilik wilayah kebatinan Syiah telah berpendapat, bahwa meyakini eksistesi imam adalah adalah persoalan pokok yang dapat dikatakan iman tidak sempurna kecuali dengannya . Bahkan menyakininya adalah dasar iman, karena ialah jalan untuk mengetahui keyakinan – keyakinan yang lain . maka , iman menurut mereka adalah iman kepad Alloh, kepada Rosul-Nya kepada kitabnya, dan kepada waliyyul amri, yaitu para imam yang mereka akui. Barang siapa yang tidak beriman kepada imam – imam maka imannya tidak sah.. imamah menurut mereka bukanlah dari masalah furu' yang menjadi obyek ijtihad tetapi Imamah adalah sesuatu yag sudah terselesaikan dan agama telah membawanya secara jelas dan tertentu. Lebih lanjut seorang ulama Syiah yaitu Syaikh Muhammad Ridha al-Mudhaffir mengatakan :Kami ( al imamiyah) percaya bahwa al imamah seperti kenabian, tidak dapat wujud kecuali dengan nash ( pernyataan tegas) dari Allah talah melalui lisan rasulnya atau lisan imam yang diangkat dengan nash apabila dia akan menyampaikan dengan nash imam yang bertugas sesudahnya. Hukum (sifatnya) ketika itu sama dengan kenabian tanpa perbedaan, karena itu masyarakat manusia tidak memiliki wewenang menyangkut siapa yang ditetapkan Allah sebagai pemberi pentunjuk dan pembimbing bagi seluruh manusia, menetapkan, mencalonkan, atau memilihnya. Di atas terbaca bahwa ada persamaan antara nabi dan Imam. Keduanya dipilih oleh Alloh. Hanya saja pemilihan nabi disampaikan Allah melalui malaikat Jibril, sedang pemilihan / petunjuk imam disampaikan oleh Allah melalui Nabi Muhammad dan beliaulah yang menyampaikan kepada yang terpilih, dalam hal ini adalah Ali Bin Abi Tholib, dan Imam Ali kepada Imam berikutnya , demikian seterusnya. Ini berarti juga bahwa para imam tidak mendapat wahyu seperti halnya nabi, tapi mereka menerima hukum-hukum dari Nabi SAW. Lebih jauh dapat dikatakan bahwa walaupun imam - imam itu adalah manusia seperti manusia lain, namun karena kesucian jiwa mereka, mereka memperoleh kedudukan yang sangat tinggi. Dan telah diketahui bahwa imam – imam yang mereka akui dan mereka giring ke dalil – dalil tersebut adalah Ali dan anak cucunya, dan mereka berselisih dalam bentuk imam - imam setelah imam pertama yaitu Ali r.a. Dari perbedaan itu terbentuklah sekte – sekte yang bernacam – macam,sebagaimana telah kami paparkan di muka. Dari sekte-sekte yang ada pada syi'ah ada yang sangat ekstrem yaitu al-sabaiyah yang menganggab pada diri Ali bin abi Tholib ada bagian dari ketuhanan bahkan mengganggab sebagai tuhan. Pemimpin kelompok ini adalah Abdulloh bin saba'. Dan ada juga yang menganggab bahwa malaikat jibril telah berbuat salah memberikan wahyu kepada Muhammad seharusnya wahyu diberikan kepada ali bin Abi Tholib. Dua kelompok ini dianggab telah keluar dari Islam . Tetapi ada juga sekte yang sangat moderat yaitu syiah Zaidiyah, mereka memiliki paham dan pandangan yang banyak kesamaan dengan fahan Ahlus Sunnah Wal jamaah diantara pokok - pokok pandangannya adalah : 1. Imam seharusnya dari keturunan Fatimah, tetapi tidak menolak jika jabatan itu diduduki oleh orang lain asal memenuhi syarat. Oleh karenanya mereka mengakui kekholifahan Abu Bakar Assiddik dan umar meskipun menurut urutan prioritas seharusnya Ali bin Abi Tholib yang menjadi kholifah, Seseorang yang menjadi imam tidak seharusnya menurut ketentuan Alloh sebagaimana pandangan kebanyakan kelompok Syi'ah tetapi bisa diusahakan derngan cara musyawarah atau pemilihan rakyat, ini adalah pendapat yang paling rasional.meskipun dalam memilih imam tidak melibatkan seluruh rakyat tapi cukup dilakukan oleh kelmpok elit, sebagaimana al Qosim ibnu Ibrahim (785-860) menegaskan, kepemimpinan umat maupun kepemimpinan indifidu merupakan anugerah dari tuhan. Ia menolak konsep pemilihan umum denga alasan bahwa manusia dari sononya suka berdebat, mereka tidak akan pernah sepakat tentang apapun. sebuah pemilihan harus dilakukan oleh sekelompok elit atau oleh rakyat biasa. 2. imam tidak maksum. Ia dapat saja berbuat salah dan dosa seperi manusia lain. Pandangan ini berbeda dengan pandangan syiah pada umumnya yang mengatakan bahwa imam itu harus maksum atau terjaga dari dosa karena seorang imam itu wakil Alloh yang mengemban tugas penjaga syariat dan ucapan – ucapan mereka harus ditaati sebagaimana pandangan syiah imamiyah, bahwa seorang imam memiliki pengetahuan sempurna tentang syariat- AlQur'an dan hadits yang diwariskan dari satu imam kepada imam lainnya.karena itu hanya ajaran iyang diajarkan oleh para imam mereka yang merupakan pengetahuan sejati . 3. tidak ada imam dalam kegelapan / persembunya yang diliputi oleh berbagai misteri. Pandangan ini juga berbeda dengan kebanyakan kelompok syi'ah seperti syiah ismailiyah yang berkeyakinan bahwa setelah imam ketujuh yaitu Ismail ibnu jakfar as siddik, maka datang silih berganti imam - imam yang bersembunyi. Pandangan Syiah zaidiyah ini juga berbeda dengan pandangan Imamiyah Itsna Asyariyah, disebut demikian karena mereka mempercayai bahwa jumlah imam mereka ada dua belas dan sebagai imam terakhir adalah Muhammad bin abu Muhammad hasan Al Asykari, diantara pandangannya adalah a. Abu bakar dan Umar telah merampas jabatan Kholifah dari pemiliknya yaitu Ali bin Abi Tholib. b. Kedudukan Ali satu tingkat lebih tinggi dari manusia biasa, dan dia merupakan perantara antara manusia dengan tuhan. c. Kesepakatan ulama islam baru dapat dianggap sebagai salah satu dasar hukum islam kalau direstui oleh imam. d. Imam mereka yang kedua belas yang menghilang pada usia lima tahun nantinya akan muncul kembali di dunia pada akhir zaman. Sebagaimana telah kami paparkan dimuka bahwa imam dalam pandangan syiah adalah atas pemilihan Alloh tidak bisa dipilih oleh manusia melalui pemilihan umum, walaupun imam mereka banyak yang bersembunyi ( ghoib) mereka tetap menungu kehadiran imam – imam mereka , Dan menurut pandangan syi'ah imamiyah selam ketiadaan imam sejati yang mereka tunggu , fungsi keagamaan mereka ditangguhkan, tidak ada zakat, tidak ada sangsi – sangsi hukum. Peran pemimpin tidak lagi meraih kekuasaan politik melainkan membimbing dan mengajarkan pengetahuan agama, dan disinilah peran ulama syiah sangat penting karena mereka tidak hanya menjadi ahli legal – moral, namum mereka juga merupakan wakil imam yang tersembunyikan, Alin Syariati menyatakan terntang kepemimpinan selama masa priode kegaiban imam sejati " misi para nabi dan imam dipikul oleh rakyat rakyat boleh memilih sekelompok orang untuk memimpin mereka dan mereka dapat memilih seorang dari mereka untuk sebagai imam (keddi : roots of refolotion : an interpretative historyof modrn iran New haven, CT, yale university press (1981). Sampai kembalinya imam kedua belas, orang harus membiarkan tirani dan ketidak adilan pemerintah yang sedang berkuasa. Namum, bila nyawa, keluarga, atau hartanya berada dalam bahaya, maka ia diizinkan menyembunyikan keyakinannya atau bersikap taqiyah (pencegaahan, kewaspadaan), sikap ini dimaksudkan untuk melindungi komunitas syiah . Sikap taqiyah ini membenarkan kerja sama dengan penguasa yang tidak adil selama tidak memerintahkan untuk melukaan hal – hal yang bertentangan dengan kebenaran, bahkan kalau nyawa mereka terancam mereka boleh bekerja sama, bahkan dengan hal yang bertentangan dengan kebenaran asalkan tidak diperintahkan untuk membunuh orang lain. Dalam keadaan apapun taqiyah tidak berlaku ketika ia diperintahkan untuk membunuh. Munculnya doktrin taqiyah ini tidak lalin karena banyaknya orang syiah yang tertindas, sehingga untuk menyelamatkan mereka diperlukan doktrin penyembunyian keyakinan atau yang disebut dengan taqiyah,walaupun pada tahun –tahun terahir ini penerapan taqiyah dibatasi khususnya oleh ayatullah khumaini. Seringnya khumaini menegaskan perlunya mencontoh Husen bukan Hasan . Husen lebih memilih aktifitas politik bukan dengan jalan memilih tunduk pada politik penguasa yang lalim. Dengan mencontoh Husen inilah Ayatullah Khomaeni bersama Ayatullah Muthahari, Ayatullah Taleqani dan Bahestani. Mereka bersama para cendekiawan menyusun dan mengembangkan idiologi pembaruan dan revolosioner yang bersifat Islami, dengan melakukan penafsiran ulang atas sejarah dan keyakinan syiah untuk menanggapi kondisi setempat yang tengah terjadi. Dalam ajaran syiah dua belas, imam yang kedua belas yang menghilang pada tahun 874 M. diyakini akan kembali mengakhiri kelaliman dan kerusakan serta akan mendirikan pemerintahan dan masyarakat yang adil. Melalui reinterprestasi ajaran syiah ini dalam pandangan Khomaeni, kelaliman yang terus tanpa berakhir tidak harus menunggu datangnya imam dua belas sebagai imam Mahdi. Para ulama wajib menjalanan tugas imam mahdi yang belum datang untuk mengakhiri kelalimam tersebut dan membentuk masyarakat-negara yang Islami. Dan memang konsep Imamah dikalangan Syiah bukan hanya sekedar konsep belaka, tapi mereka mampu mewujudkan dalam suatu gerakan politik bahkan mampu mendirikan daulah-daulah islam, antara lain : 1. Kerajaan Fatimiyah di mesir tahun 297 – 567 H / 909 – 1171 M. 2. Dinasti Idrisid di Afrika utara tahun 172-314 H / 789 – 926 M 3. Dinasti Zaidiyah di Tabaristan tahun 248 – 335 H. 4. Dinasti Buwaihiyah di Irak tahun 320-447 H, dll. BAB III PENUTUP Syi'ah adalah golongan yang mendukung Sayyidina Ali k.w secara khusus. Dalam perkembangan selanjutnya Syi'ah terpecah menjadi beberapa kelompok antara lain : a. al Kaisaniyah b. al imamiyah c. az Zaidiyah d. ismailiyah e. al Gholiyah,dll. Syiah mempunyai pandangan tersendiri terhadap Imamah walupun ada beberapa pandangan mereka yang sama dengan kelompok – kelompok lain, namun secara umum pandangan mereka terhadap imamah adalah : a. imamah adalah wajib untuk melindungi syara' dan ketertiban kehidupan umat manusia b. imam adalah maksum ( terjaga dari perbuatan dosa) c. penentuan imam adalah otoritas Alloh bukan pemilihan manusia d. imam yang mereka ikuti adalah sayyidina Ali bin abi Tholi berikut keturunannya e. mereka mempercayai adanya imam – imam yang tersembunyi ( ghoib) f. bila imam sejati belum muncul sedangkan mereka di bawah kekuasaan bukan imam mereka, maka untuk melindungi komunitas syi'ah, mereka bersikap taqiyah (menyembunyikan keyakinan ) BIBLIOGRAFI Amin, Ahmad. Fajru al-isla>m,kuala lumpur:Sulaiman Mar’iy,1965 Black, Antony. the history of Islamic thought : from the prophet to the present, terj. ….., Jakarta: PT. serambi timur,2001 Al-Dainuri, abu Muhammad Abdullah Bin Muslim Ibnu Qutaibah, Al ima>mah wa al- siya>sah, Beirut : Dar al kutub al ilmiyah, 1997 Al-Fadhal,Abu. Kawa>kibul lammaah, Surabaya: Alhidayah,1988 Al-Ghita, Muhammad Husain al-Kashif, Ashl al-Syi’ah wa ushhuliha. Iran: Dar al Gadir, tt Al-Hafni, Abdul Mun’im. Mausu’ah al-harokat wa al- maza>hib al-islamiyah fi al-alam,terj. Muhtarom, Jakarta: PT. Grafindo,2006 Ibnu Khaldun, Muqaddimah ibnu Khaldun,Beirut: Dar al-fikr,1988 Lapidus,Ira M. A Histori of Islam sociates, terj. Ghufron A. Mas’adi, Jakarta: Raja Grafindo Persada,1999 Al-Mawardi, al ahka>m al sult}a>niyah,Beirut : Dar al kutub al ilmiyah,tt Al-Mudaffir, Muhammad Ridha. ‘Aqaid al-Imamiyah,Cairo: Maktabah al-Najah,1381 H. Norton, August Ricard, Pioneers of Islamic revival, terj. Ilyas Hasan, Bandung: Mizan,1996¬ Permono,Sjehul Hadi.Islam dalam lintasan sejarah perpolitikan, Surabaya: CV Aulia, 2004 Al-Rais, Muhammad Dhia’uddin.al-nadzariyah al-siya>sah al-isla>miyah,terj. Abdul Hayyi,Jakarta: Gema Insani, 2001 _________________________ .Al-Islam wa-al Khila>fah fi al- ashr al hadi>th, terj. Alwi AS.Jakarta : PT. lentera Basritama, 2002 Sawiy,KhairuddinYujaz, tat}awwuru al-fikr al-siya>si ’inda ahli al-sunnah,terj. Asmuni M.Th dan Imam Muttaqien,Yogyakarta: Safira Insania Prress,2005 Sjadzali, Munawir, Islam dan tata Negara (ajaran, sejarah dan pemikiran) UI- Pres Jakarta, 1993 Shihab,M. Qurash, Sunnah-Syiah bergandengan tangan, mungkinkah?, Tangerang : Lentera hati,2007 Syukur,Amin. Tasawuf sosial,Yogyakarta: Pusaka Pelajar,2004 Al-syihristani, Muhammad bin Abdul Karim bin Abi Bakr Ahmad, al-milal wa al-nihal, Beirut : Dar al-Ma’rifah, 1404 H.

islam di spanyol

BAB I PENDAHULUAN Masuknya Islam ke Andalusia tidak dapat dipisahkan dengan daulah bani Umayyah I di Damasqus karena islam sampai ke Andalusia berkat usaha – usaha yang telah dilakukan oleh bani Umaiyah I di Damasqus yaitu Kholifah Al Walid bin Abdul Malik. Jika dikatakan bahwa Muawiyah bin abi Shofyan adalah yang mendirikan dan Abdul Malik adalah yang mengembalikan segenap kekuasaan, maka Al Walid yang menegakkan sampai teguh, yang menyebabkan kerajaan bani Umaiyah disukai umat karena banyak jasa dan buah tanganya. Ekspansi-eksapansi ke berbagai wilayah dimasa kekuasaan dinasti Umayyah cukup luas baik di Timur maupun di Barat. Pada masa kekuasan Kholifah al Walid pada tahun 711 M. diutusnya satu armada memasuki tanah Hindustan dari arah lautan, sehingga armada itu telah berlabuh di pulau sailan. Panglima perang Muhammad ibn qosim telah sampai kenegeri sind dan masuk ke negeri Nepal. Pahlawan Qutaibah ibn Muslim telah pergi ke seberang sungai Dajlah untuk memerangi negeri –negeri Turki, Saghd, Syaas, Farghanah terus ke negeri Bukhara, Dengan jalan perdamaian telah dikalahkannya negeri Khawarzam. Setelah itu ditaklukkannya negeri samarkand dengan peperangan. Terus tentara itu masuk ke negeri kasyghar dan negeri Kasyan, yaitu tanah Turkistan Tiongkok. Wakil di afrika bernama Musa bin Nushair memerintahkan seorang budaknya yang telah dimerdekakan, dan diangkatnya menjadi panglima perang, bernama Tharif untuk mengalahkan pulau samit, yaitu pada tahun 91 H. Dan Thoriq ibn Ziyad diutus menaklukkan Andalusia.Pada tahun 711MThoriq Ibnu Ziyad dengan 1000 tentara Islam telah menyeberangi Gibraltar dengan meniki kapal yang disediakan oleh Juliana. Pahlawan Thoriq inilah yang masyhur karena membakar perahunya seketika sampai di pantai Andalusia di suatu bukit yang diberi nama Jabal Thoriq (Gibraltar) . Pada masa pemerintahan Marwan II kehalifaan Bani Umayyah mulai goyang dengan maraknya pemberontakan-pemberontakan yang di tunggangi oleh Bani Abbas hingga diakhiri dengan keruntuhan Khilafah Bani Umayyah 750 M. Kecuali Abd al-Rahman, sang pencetus dinasti Umayyah II di Spanyol, Seluruh keluarga Bani Umayyah habis dibantai oleh Bani Abbass . Abd al-Rahman secara bertahap memperkuat kedudukannya dengan mengangkat orang-orang yang loyal kepadanya. Strategi pemerintahan yang di susun Abd Rahman membawa dampak positif terhadap keutuhan kekuasan Dinasti Umawiyah II di Spanyol. Kejayaan Umawiyah II di Andaluasia tidak lepas dari peranan tiga tokoh Utama : Abdurahman, Abd al-Rahman III dan Hakam II. Abdurahman yang bergelar al-Dakhil. Di masa pemerintahannya negara dalam keadaan stabil dan berbagai pemberontakan dapat di atasi. Pada masa pemerintahan Abd al-Rahman III dan Hakam II Spanyol benar-benar berada di masa kejayaannya sehingga Spanyol menjadi kota paling berbudaya di Eropa setelah Baghdad dan Konstantinopel. Namun pada tahun 1492 M. Muhammad XII yang bergelar Abu Abdillah dari daulah bani Ahmar dan dialah yang menyerahkan kunci pintu kota Granada ke tangan kedua raja suami istri yaitu Ferdinand dari Castillie dan Isabella dari Aragon, dan meninggalkan tanah tumpah darah dan kerajaan yang didirikan nenek moyangnya dengan susah payah itu dengan air mata berlinang, berangkat ke Afrika dan hidup melarat di sana sampai tuanya BAB II ISLAM DI ANDALUSIA A. Andalusia sebelum Islam Pada abad III – V M. bangsa Spanyol dikuasai oleh bangsa Romawi kemudian jatuh ke tangan bangsa Vandal (th. 455 M) dan sejak itulah spanyol disebut Vandalusia atau Andalusia. Setelah runtuhnya bangsa Romawi kemudian datanglah bangsa Goth barat (abad V M) mereka berhasil mengalahkan dan mengusir bangsa Vandal yang berkuasa saat itu dari Spanyol, mereka terus ke Afrika Utara. Pada waktu bangsa Goth barat memerintah Spanyo berhasillah mencapai kejayaannya. Tetapi akhirnya menjadi lemah dan jatuh. Pada akhirnya di kalangan istana terjadilah kudeta Jendral Roderik menggantikan kedudukan raja Witiza ( Goth barat). Preistiwa tersebut menyebabkan dendamnya putera Witiza yang bernama Pangeran Alfonso dan Ia berusaha untuk merebut kembali haknya. Usaha itu dikerjakan dengan jalan minta bantuan kepada Graaf Julian yang pada waktu itu berkuasa di Ceuta (afrika Utara). Pangeran Alfonso bersekutu dengan Graaf Julian untuk mengalahkan Jendral Roderik karena mereka sama – sama mempuyai kepentingan yaitu : a. Pangeran alfonso adalah putra mahkota raja witiza, ia ingin mengembalikan haknya yang dirampas Jendral Roderik b. Graf Julian punya permusuhan dengan Jendral Roderik kerena telah menodai putrinya yang bernama Florenda . Pada waktu itu Alfonso dan Graaf julian bermaksud minta bantuan kepada Gubernur Musa bin Nushair ( seorang gubernur pemerintahan Islam yang berkuasa di Afrika Utara) agar ikut serta memerangi Roderik Yang berbuat noda itu . B. Islam masuk Andalusia Ekspedisi Islam ke Spanyol menurut sementara sejarawan disebabkan oleh pertikaian yang terjadi antara Roderick dengan keluarga raja. Keluarga raja tersebut tidak menerima sikap Roderick atas perlakuannya yang semena-mena mengambil alih tampuk kepemimpinan. Kelurga raja yang juga masih memiliki hubungan tali persaudaraan dengan Julian, membujuk Julian agar memihak kepada mereka dan memberi kesempatan kepada Islam memasuki Spanyol untuk meruntuhkan kekuatan Roderick. Namun demikian jika Islam berhasil menguasai Spanyol, bukan berarti Islam yang menjalankan roda pemerintahan di Spanyol. Mereka meminta agar pemerintahan tetap mereka yang jalankan dan mereka bersedia membayar pajak dan memberikan upeti kepada pemerintah Islam . sementara sejarawan yang lain mengatakan bahwa masuknya Islam di Spanyol bermula dari saran yang diajukan Julian (gubernur Cueta) kepada Thariq Ibn Ziyad amir di Tangier untuk melakukan ekspansi ke Spanyol. Ini di lakukan Julian di sebabkan dendam pribadinya kepada raja Roderik yang telah merenggut kesucian putrinya Florinda . Tawaran Julian tersebut tidak serta merta di terima Thariq, mengingat posisinya sebagai bawahan Musa Ibn Nushair, ia pun segera memberi tahu gagasan Julian tersebut kepada Musa Ibn Nushair yang berada di Kaerawan . Musa yang menerima berita ini juga tidak segera membenarkannya. Bahkan ia justru curiga kalau itu hanyalah sekedar taktik yang di buat julian untuk menjebak umat Islam ke jurang kematian. Musa mengambil inisiatif untuk meminta pertimbangan khalifah Al-Walid di damaskus . Dugaan Musa tersebut mendapatkan tanggapan dari Khalifah, itulah sebabnya mengapa Khalifah tidak mengirim pasukan ke Andalusia dalam jumlah yang besar demi menguji kebenaran ucapan dan saran yang di ajukan Julian. Cerita mengenai keberadaan Julian menurut sebagian sejarawan barat merupakan sebuah legenda yang di buat-buat oleh sejarwan Islam masa lalu . Penilaian ini merupakan satu hal yang dapat di toleril mengingat mereka tidak ingin jika para pemimpin mereka terdahulu dikenal sebagai pemimpin yang berkhianat kepada bangsa dan negaranya sendiri. Setelah mendapatkan izin dari Khalifah, Musa mengirim 500 pasukan di bawah pimpinan Tharif Ibn Malik. Peristiwa ini terjadi di tahun 710 M. Pada bulan Juli 710 M. Tharif mendarat di pantai selatan Spanyol dan kawasan ini di kenal sebagai Tarifan (Arab : Tharif) yang di ambil dari nama pemimpin tersebut. Setibanya disana Tharif menyerang Tanjung Algeciras ( Al-Jazirah Al-Hadrah ). Pada peperangan ini Tharif berhasil meraih kemenangan. Setelah itu beliau kembali ke kairawan dengan membawa ghanimah perang yang cukup banyak. Melihat kesuksesan Tharif ini, Musa menyusun kekuatan yang lebih besar lagi dan menunjuk Thariq Ibn Ziyad yang berasal dari suku Barbar untuk menaklukan Spanyol. Pada tahun 711 Thariq memimpin pasukan yang berjumlah 7000 personil ke Andalusia.dan sebahagian besar pasukan tersebut terdiri dari suku Barbar. Thariq bersama pasukannya melintasi selat yang lebarnya sekitar 13 Mil dengan kapal-kapal yang telah di sediakan oleh Julian. Thariq bersama pasukannya mendarat di sebuah gunung yang di abadikan dengan namanya Jabal al-Thariq (Gibraltar ) yang mana puncak gunung tersebut dapat terlihat dengan mata telanjang dari daerah Sabtah (Cueta ) di Maroko. Gibraltar dijadikan Thariq sebagai benteng pertahanan umat Islam dari serangan musuh. Musuh yang berhadapan dengan Tahriq pertama kali adalah Bansco salah seorang jendral Roderick. Akan tetapi serangan ini dapat dilumpuhkan Thariq. Bansco dan seluruh pasukannya tidak ada yang selamat kecuali Willesindo yang mengabarkan kekalahan mereka kepada raja Roderick yang berada di Utara Pamplona. Roderick segera mempersiapkan pasukan yang berjumlah 100.000 untuk menyerang Thariq. Mengetahui jumlah mereka yang sangat banyak, Thariq meminta bala bantuan kepada Musa Ibn Nushair. Musa mengirim 5000 pasukan melalui Musa Ibn Muluk untuk membantu pasukan Thariq. Pada tanggal 28 Ramadhan, pasukan Thariq bertemu dengan pasukan Roderick di tepi sungai Barbeta. Pada pertempuran ini pasukan Thariq berhasil mengalahkan pasukan Roderick. Korban yang yang tewas di pihak Roderick tak terbilang jumlahnya, sementara yang gugur di pihak Thariq berjumlah 3000 orang . Setelah berhasil memetik kemenangan ini Thariq terus menuju Toledo pusat kerajaan Roderick dan memerintahkan Mugith al-Rumi budak dari al-Walid Ibn Abd al-Malik ke Kordova bersama 700 pasukan berkuda. Mugith al-Rumi berhasil merebut Kordova tanpa mendapatkan perlawanan yang begitu serius dari pihak musuh. Thariq juga mengutus beberapa pasukan ke Granada , Elvira, dan Malaga. Ketiga daerah ini juga dapat dikuasai kaum muslimin . Musa yang melihat keberhasilan Thariq ini memerintahkan Thariq untuk memberhentikan sementara ekspedisinya. Alasan Musa memberhentikan sementara ekspedisi ini di dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Musa takut jika penaklukan ini akan dinisbatkan kepada Thariq bukan pada dirinya.dan riwayat lain menyebutkan bahwa Musa iri melihat keberhasilan Thariq. Pada tahun 714 tentara Musa menawan Bandar Saragosa. Dari situ Musa meneruskan ekspedisinya ke Narbone dan tenggara Perancis yang merupakan bagian dari jajahan yang takluk kepada kerajaan Visigoth. Setelah itu Musa beralih kesebelah barat dan berhasil memasuki kawasan Asturias. Di saat yang sama Thariq telah menaklukan Leon, dan Astorga. Raja Aragon yang bernama Fortun telah menyerah dan memeluk islam. Setelah berhasil menaklukan daerah-daerah ini Musa dan Thariq dipanggil Khalifah untuk kembali ke Damaskus. Musa yang bercita cita untuk menguasai daratan Eropa sehingga jalan menuju Damaskus dapat langsung ditempuh melalui Eropa tidak terpenuhi. Penyebab Khalifah memanggil mereka berdua menurut dugaan yang kuat bahwa khalifah takut terjadi perpecahan di kalangan umat Islam disebabkan perselisihan antara dia dan Thariq. Setibanya di Damaskus Musa dihukum oleh Khalifah yang baru naik takhta, Sulaiman Ibn Abd al-Malik dengan menyita seluruh harta kekayaannya yang pada akhirnya menjadikan Musa jatuh miskin dan menjadi seorang pengemis di masa tuanya di sebuah kawasan di Hijaz, tepatnya di Wadi al-Qura. Sementara Thariq tidak satupun riwayat Islam menyebutkan apa yang dialaminya setelah ia dipanggil pulang Khalifah ke Damaskus . C. Andalusia Dalam Pemerintah Islam Kekuasaa Islam di Andalusia dapat dibagi menjadi tujuh masa bentuk pemerintahan, yaitu : 1. Masa Pemerintahan Propinsi Pemerintahan masa ini adalah suatu bentuk pemerintahan di mana pemerintahan Islam di Andalusia merupakan satu propinsi dari daulah Bani Umaiyyah di Damasqus, diperintah oleh seorang gubernur (wakil Kholifah) yang dikirim ke Andalusia . Bentuk pemerintahan ini berlangsung selama 44 tahun yaitu tahun 711 – 755 M. Adapun gubernur yang diangkat pertama kali di propinsi ini adalah Abdul Azis putra Musa bin Nushair, ia diangkat menjadi gubernur atas inisiatif dari orang tuanya sendiri,dan ia menduduki jabatannya selama dua tahun kemudian mati dibunuh oleh tentaranya sendiri. Setelah Abdul azis mati maka silih berganti gubernur yang menjabat di sana, terkadang dikirim langsung dari Damaskus dan terkadang dari kairawan ( Afrika).silih bergantiny gubernur ini dengan tidak ada kepastian, apakah itu dari Damasqus sendiri atau Dari kairawan menyebabkan pemerintahan di Andalusia kurang stabil, karena itu tidaj heran kalau dalam masa yang tidak lama, lebih dari 20 gubernur yang dikirim kesana. Ketika Umar Ibn Abd al-Aziz naik takhta menggantikan Sulaiman, beliau mengangkat Samah Ibn Malik al-Khaulani sebagai gubernur di Spanyol. Pada masa pemerintahanya, Samah memindahkan ibu kota dari Seville ke Kordova yang kelak di takdirkan menjadi pusat kediaman yang cemerlang bagi dinasti Umayyah Barat selama berabad-abad. Samh kembali membangun jembatan di Kordova yang melintasi sungai Guadalquivir dengan meneruskan sisa-sisa bangunan Romawi yang lama, meninjau ulang kawasan itu dan melembagakan satu sistem perpajakan baru. Tak lama sepeninggal al-Samh, kegubernuran menjadi sebuah duri yang diperebutkan dalam pertikaian berdarah antara Mudhariah dan Yamaniah. Kedua pihak akhirnya menemukan sebuah ide yang mereka anggap brilian memilih salah seorang secara bergantian dari kedua belah pihak setiap tahun untuk memerintah kawasan itu. Pilihan pertama Mudhariyah adalah Yusuf Ibn Abd al-Rahman al-Fihri, seorang keturunan Uqbah. Tetapi di akhir tahun, Yusuf tidak memberikan kekuasaanya kepada kandidat dari kelompok Yamaniyah dan terus berkuasa selama kira-kira 10 tahun. Terjadinya instabilitas politik bahkan berujung pada pertikaian berdarah ini disebabkan : a. Orang kairawan berhak untuk menetapkan orang yang berkusa di Andalusia karena mereka merasa bahwa, Andalusia ditaklukkan dari Afrika bukan dari Damasqus b. Setelah mendapatkan kekayaan yang banyak orang Islam lupa tujuan semula menaklukkan negeri ini yaitu penyiaran Islam yang suci, tapi mereka berebut kekuasaan, harta dan pengaruh c. Munculnya pendukung yang bersifat ashabiah hal ini karena letak Andalusia sangat jauh dari Damasqus, maka siapa yang berkuasa kalau ingin memperkuat kekuasaannya harus mempunyai pendukung yang kuat dari kabilahnya. 2. Masa Pemerintahan Amir –Amir Bani Umaiyyah Masa pemerintahan ini berlangsung selama 174 tahun yaitu tahun 755 – 929M. pemerintahn di Andalusia masa ini adalah di bawah kepemimpinan Amir –amir yang terpisah dari pemerintahan bani Abbasiah di Baghdad. Pada masa menjelang datangnya kekuasaan amir – amir bani Umaiyyah, Andalusia diperintah oleh wali / gubernur Yusuf bin Abdurrohman al fihri. Pada waktu di Damasus terjadi perebutan kekuaasaan antara bani Abas dan Bani Umaiyyah ternyata bani Abbas menenag dan menjadikan kota Baghdad sebagaibu kota Negara dengan kholifah pertama yaitu Abul Abbas As – Shofa sedangkan keluarga bani Umaiyah dibantai habis kecuali Abdurrohman ad- dakhil yang berhasil meloloskan diri ke Andalusia. Pada tahun 138 H. terjadi perang dasyat antara al Fihri dengan Abdurrohman. Dalam pertempuran itu Al Fihri tertawan . kemudian Abdurrohman memasuki kota cordova dan mendirikan pemerintahan Bani umaiyyah di andalus dengan Ami yang terpisah dari pemerintahan bani abbasiah di Baghdad. Adapun amir – amir yang berkuasa di andalus adalah : - Abdur rohman I ( 756 - 788 M) - Hisyam I ( 788 – 796 M) - Al Hakam I ( 796 – 822 M) - Muhammad I ( 822 – 852) - Al Muktadir (852 – 886 M) - Abdulloh ibn Muhammad ( 886 – 888 M) Pada masa ini bisa dibilang lebih maju dari pada masa –masa sebelumnya baik dalam bidang politik, budaya, maupun ilmu pengetahuan. Kemajuan itu seperti pembangunan kota cordova dengan masjidnya yang indah, rumah sakit madrasah dibangunnya dengan baik. Pemberpontakan memang pernah terjadi, seperti pada masa pemerintahan Abdurrohman I yang dilakukan oleh Alfihri yang telah lolos dari penjara dan bergabung dengan Sulaiman bin Arobi yang dibantu Karel Agung, juga pada masa Abdurrohman II terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh Alfonso II raja leon tapi pemberontakan itu dapat dipadamkan. Politik luar negeri dijalankan dengan baik pada tahun 836 M. Abdurrohman II mengadakan perjanjian persahabatan dengan kerajaan Bizantium dan kerajaan Navara. 3. Masa Pemerintahan Kholifah Pada masa ini Andalusia diperintah oleh seorang yang bergelar Kholifah yang berpusat di Cordova yang sama kedudukannya dengan Kholifah di Baghdad, masa ini berlangsung selama 102 tahun yaitu tahun 929 – 1031 M. Pada Tahun 320 H. terjadilah huru hara di Baghdad yaitu dalam suatu peperangan kholifah al Muktadir mati dibunuh oleh oleh orang suruan khadamnya sendiri yang bernama Muknis. Mendengar hal itu Abdurohman III mengumumkan kedudukan dirinya menjadi Kholifah. Maka sejak saat itu Andalusia diperintah oleh seorang Kholifah. Keputusan Abdurrohman III yang merubah gelar dari Amir menjadi Kholifah itu sangat tepat kerena berbagai pertimbangan, antara lain : a. kedudukan kholifah di Baghdad sudah sangat lemah b. mempertimbangkan adannya keseimbangan politik, karena kepala Negara tetangganya bergelar Kaisar ( Bizantium) Raja Agung ( Frank) serta Kholifah ( Baghdad dan mesir) c. meyakinkan kepada dunia bahwa Andalusia memiliki kedudukan yang setaraf dengan Negara – negara lain. Struktur pemerintahan bani umayyah II di Spanyol : 1. pemerintah mempunyai kekuasaan penuh 2. kholifah sekaligus ketua tentara dan kehakiman 3. ada perdana mentri ( Hajib) yang membawahi menteri-menteri 4. Negara di bagi 21 wilayah yang dipimpin wali (gubernur) 5. Ulama’ diangkat sebagai penasihat kholifah khususnya dalam bidang agama. Adapun kholifah – kholifah yang menguasai bani Umaiyah di Andalusia yaitu : - Abdurrohman III - Al Hakam II, - Hisyam II - Muhammad II - Sulaiman I - Muhammad II ( kedua kali) - Hisyam II ( kedua kali) - Sulaiman I ( keduakali ) - Abdurrohman IV - Abdurrohman V - Muhammad III - Hisyam III Pada masa kekholifahan ini bisa dikatakan bahwa kemajuan yang paling pesat hanya pada masa kholifah Abdurrohman III dan Al –Hakam II . Adapun usaha – usaha yang dilakukan Abdurrohman III antara lain : a. Mengendalikan keamanan meski sempat terjadi pemberontakan oleh Umar bin Hafsun tapi dapat dipadamkan b. pertahanan diperkuat dengan banyak merekrut militer dari bangsa Frank, slavia dan Italia yang dibeli sebagai budak ketika masih anak – anak. c. Kota kordova semakin megah dengan dibangunnya jembatan wadil kabir d. Madrasah dan perpustakaan sangat diperhatikan dengan melengkapi banyak koleksi buku Setelah Kholifah hakam II, Bani umaiyyah menjadi lemah karena banyak terjadi perbutan kekuasaan dikalangan istana, maka datahun 1031 M. berakhirlah kekholifahan bani Umaiyyah di Spanyol dan setelah itu muncullah yang disebut muluku al-thowa'if (raja – raja glongan ), kemudian diikuti kerajaan al-murabbithun dan al-Muwahhidun. 4. Masa Muluk Al Tawaif ( Raja – Raja golongan ) Setelah kekhalifahan Umayyah berkhir di Spanyol, muncullah negara-negera kecil yang terus – menerus betikai dalam perang saudara, kemudian mereka dikalahkan oleh dua dinasti Barbar dari Maroko, dan sebagian lagi negara-negara kecil menyerah pada kekuasaan Kristen yang tengah bangkit di utara. Sebelum riwayat dinasti Umayyah hilang dari Spanyol muncullah penguasa-penguasa baru diantaranya : 1. Bani Hamudiyyah yang memproklamirkan sebagai penguasa yang berkuasa di Malaga dan Algeciras antara tahun 1010 – 1057. Pendirinya adalah ‘Ali ibn Hammid tahun 1016 – 1018 , yang dari namanya ia menghubungkan garis keturunannya kepada menantu Rasulullah ( ‘Ali bin Abi Tholib ), tetapi ia sendiri sebenarnya keturunan Barbar. Sebelumnya ‘Ali ibn Hamid menjabat sebagai gubernur Ceuta dan Tangier sampai akhirnya ia memproklamirkan sebagai khlaifah di Kordoba. Ia juga menaklukan Malaga dan Algeciras. Dinasti ini bertahan sampai delapan keturunan sampai tahun 1057. Sebelum akhirnya direbut kembali oleh Hisyam III alias al-Mu’tamad dari dinasti Umayyah. Tapi dinasti ini tidak bertahan lama dalam situasi yang kacau, pada akhirnya dibentuklah dewan yang diketuai oleh Abu Hazm ibn Jahwar yang menghapus kekhalifahan Umayyah di Spanyol. 2. Dinasti ‘Abbadiyyah, dinasti ini didirikan oleh Muhammad ibn Abbad 1023 – 1042, yang berkuasa di Seville, kemudian kekuasaannya meluas sampai ke Toledo. Pada masa raja Mu’tamid dinasti ‘Abbadiyyah meminta bantuan kepada penguasa Murabithun di Maroko untuk menghadapi pasukan Kristen ( pasukan Al Fonso VI ) di Spanyol. Tapi sayang setelah pasukan Murabithun berhasil mengalahkan pasukan AlFonso VI, tak lama kemudian malah menyerang dan menguasai dinasti ‘Abbadiyyah, maka berakhirlah dinasti ‘Abadiyyah di tangan sekutunya sendiri pada tahun 1091. 3. Afthasiyyah atau Banu Maslama, dinasti ini didirikan oleh Abdullah Al-Mansyur tahun 1022 – 1045 yang berkuasa di Badajos. Pada pemerintahan yang ke 3 yaitu masa Umar Al-Mutawakkil 1068 – 1094 bersedia bekerja sama dengan orang Kristen ( pasukan Al Fonso IV ) dengan menyerahkan daerahnya yaitu Leon dan Castile untuk menyerang dan menaklukan kerajaan Islam lainnya yaitu Al-Murawiyyah. Sungguh menyedihkan sesama dinasti Islam tidak bersatu malah bekerja sama dengan Kristen untuk menguasai dinasti Islam lainnya. 4. Jahwariyyah, dinasti ini didirikan oleh Jahwar tahun 1031 – 1041 yang berkuasa di Cordoba, dinasti ini bertahan sampai 1069 dengan penguasanya yang terakhir Abdul Malik. 5. Dzun Nuniyyah, didirikan oleh Abdur Rahman ibn Dzin Nun dengan wilayah kekuasaan di Toledo tahun 1028 , dinasti ini bertahan sampai tahun 1085 dengan raja terakhir Yahya Al-Qadir 1085 setelah ditalukkan oleh pasukan AlFonso VI. 6. ‘Amiriyyah di Valencia 1021 – 1096, didirikan oleh Abdul Aziz Al-Mansyur 1021- 1061. Dinasti dipimpin sampai enam generasi sampai akhirnya ditaklukan pada masa Al Qadhi’ Ja’far tahun 1096 oleh Al Murawiyyah. Itulah sebagian di antara kerajaan – kerajaan kecil di Spanyol yang saling berperang sesama kerajaan Islam yang akhirnya mereka ditumpas oleh pasukan Kristen atau oleh pasukan lain dari luar Spanyol, seperti Murabithun yang datang ke Spanyol atas undangan raja ‘Abadiyyah, yang akhirnya menguasai sebagian besar wilayah Spanyol. 5. Masa Dinasti Al Murabithun 1056 - 1147 Dinasti Murabithun pada awalnya adalah sebuah kegiatan militer keagamaan yang didirikan pada abad 11. Murabithun ( ribath ) sejenis benteng pertahanan Islam yang berada di sekitar masjid. Masjid mempunyai doble fungsi sebagai tempat ibadah, penyebaran da’wah sekaligus sebagai benteng pertahanan. Anggota pertamanya berasal Lumtunah bagian dari suku Sanhaji yang suka mengembara di padang Sahara . Salah satu kebiasaan mereka menggunakan cadar yang menutupi wajah di bawah mata, kebiasaan ini dinamakan Mulatstsamun ( para pemakai cadar ) yang kadang – kadang menjadi sebutan lain bagi kaum Murabithun. Dibawah pimpinan Yusuf ibn Tasfin gerakan Murbithun menjadi besar dan menjadi sebuah dinasti . Pada 1061 Yusuf ibn Tasfin menguasai Maroko, pada tahun 1062 Yusuf ibn Tasfin mendirikan Marakesh sebagai ibu kota kerajaan. Meskipun Murabithun telah menjadi sebuah dinasti yang memakai gelar amirul muslimin, tetapi dalam urusan spiritual mereka tetap mengakui otoritas Khalifah Abasiyah di Bagdad . Yusuf ibn Tasfin merasakan bahwa daerah Spanyol lebih subur , nyaman dan beradap ketimbang di Afrika yang tandus dengan gurun sahara yang tidak menarik, maka timbul di hatinya untuk kembali ke Spanyol, tapi bukan sebagai sekutu melainkan sebagai penakluk. Ia ingin merebutnya dari kekuasaan al Mu’tamid yang dulu dibantunya ketika menghadapi pasukan Alfonso VI. Pada bulan November 1090, ia memasuki kota Granada, kemudian Seville, dan kota – kota utama lainnya. Seluruh wilayah Spanyol muslim direbutnya kecuali kota Toledo dan Saragosa yang diizin untuk ditempati orang Kristen dan Banu Hud. Raja Al Mu’tamid ditangkap dan dibuang ke Maroko.Berakhirlah kekuasaan Bani Abbadiyah di tangan yang semula sekutu kemudian berubah menjadi lawan. Kemudian memilih kota Seville menjadi ibu kota kedua setelah Maroko di Afrika Utara. Pada tahun 1106 Yusuf ibn Tasfin meninggal dunia dalam usia 100 tahun dengan mewarisi wilayah yang luas meliputi Afrika Utara (Maroko, Aljazair sampai Senegal) , Spanyol , Leberia Selatan dan kepulauan Atlantik. Kekuasaan Dinasti Murabithun kemudian diganti oleh anaknya yaitu Ali ibn Yusuf wafat tahun 1143 dan penguasa yang terakhir yaitu Ishaq ibn Tasyfin sampai 1147. Yang akhirnya dinasti ini takluk pada dinasti Muwahhidin setelah ibu kota Marrakesh direbut oleh rivalnya dari suku Barbar yang lain. 6. Masa Dinasti Al Muwahhidun 1147 - 1269 Sama halnya dengan dinasti Murabithun yang memulai propagandanya dibidang keagamaan. Atau setidak – tidaknya menjadikan agama sebagai dasar gerakan tersebut. Pelopor dan sekaligus sebagai pendiri adalah Muhammad ibn Tumart yang lahir di Atlas tahun 1082 M . Dia berasal dari suku Masmudah pegunungan Atlas Maroko. Dia merupakan seorang pengelana yang haus ilmu pengetahuan. Dia belajar dari satu tempat ke tempat lain, mulai dari Cordoba, Alexandaria, Mekkah dan akhirnya di Bagdad. Gerakan Muwahhidin semakin lama semakin banyak pengikutnya. Dari gerakan keagamaan kemudian berubah menjadi gerakan politik, dan para pengikutnya menyebutnya sebagai Imam Mahdi. Gerakan ini semakin sukses karena dibantu oleh Abdul Muin, orang yang ahli dalam hal strategi dan militer. Di kota Tin Malal (Tinmal ) mendirikan masjid sebagai pusat pengajaran dan propagannya, dan di kota ini pada tahun 1121 M dijadikan sebagai ibu kota pertama al Muwahhidin . Setelah Ibn Tumart meninggal dunia tahun 1130 gerakan ini dipimpin oleh Abdul Mu’min yang kemudian menggunakan gelar khalifah bagi dirinya. Dia berhasil menaklukan , mengusai kerajaan Hammiyah di Bejaya, Ziridiyah di Ifriqiyah, Teluk Sidra , dinasti Murabihtun dan ibu kotanya Marrakesh ( Maroko ) Afrika Utara 1145 , Padang Pasir Libya 1149. Pada tahun 1170 dia melakukan ekspansi ke Spanyol dan berhasil menguasainya, maka berakhirlah dinasti Murabithun di Afrika Utara dan Spanyol. Kemudian dia menjadikan Sevillle sebagai ibu kota Dinasti Muwahhidin, tapi sang penguasa ini sering mondar mandir antara Marrakesh ( Maroko ) dan Seville di Spanyol. Dinasti Muwahhidun mencapai kemenangan gemilang atas Spanyol dalam pertempuran di Alarcos tahun 1195 yang menandai puncak kekuatan politik. Tapi tak lama kemudian ummat Islam mendapat serangan dari pasukan Kristen dalam peperangan di Las Navas de Tolosa tahun 1212. Ini merupakan satu kekalahan dalam sejarah ummat Islam di Spanyol dan sekaligus mengawali terjadinya gerakan pemusnahan terhadap orang Islam. 7. Masa Dinasti Bani Ahmar 1232-1492 M Kerajaan Daulat Bani Ahmar berkuasa antara 1232-1492 M, didirikan oleh Sultan Muhammad bin Yusuf bin Nasr yang dikenal Ibn Al-Ahmar atau Bani Nasr yang masih keturunan Sa'id bin Ubaidah, seorang sahabat Rasulullah saw. yang berasal dari suku Khazraj di Madinah. Bangunan Istana Alhambra dibangun kurang lebih tahun 1238 dan 1358 M oleh Sultan tersebut yang diteruskan oleh keturunan raja-raja Bani Ahmar. Istana Alhambra tidak langsung didirikan, namun secara bertahap. Raja-raja Bani Ahmar sangat memperhatikan akan kemakmuran rakyat sehingga pada saat itu bidang pertanian, dan roda perniagaan sangat maju. Selama 260 tahun kerajaan raja-raja Bani Ahmar berkuasa, namun timbul di antara mereka perselisihan juga sengketa. Inilah yang menyebabkan lemahnya kerajaan Bani Ahmar. Bagaimanapun gigihnya usaha Sultan Muhammad XII Abu Abdillah an Nashriyyah raja terakhir Bani Ahmar untuk menyelamatkan kerajaannya, akhirnya runtuh juga oleh dua buah kerajaan Kristen yang bersatu dari utara. Maksud dari dua buah kerajaan ini adalah karena perkawinan Karel/Ferdinand V (L. 1452-W. 1516) dari Aragon menikah dengan saudari Henry IV yaitu Ratu Isabella (L. 1451-W. 1504) dari Castille dan Leon. Keduanya menikah tahun 1469. Pada pertengahan 1491 M, Raja Ferdinand V telah mengepung Granada selama tujuh bulan, Ferdinand V berkemah di Gumada di sebelah selatan kota. Sebelumnya Ferdinand V telah menguasai kota-kota lain seperti Malaga pelabuhan terkuat di Andalusia, kemudian Guadix dan Almunicar, Baranicar, dan Almeria. Yang terakhir adalah Granada yang diserahkan oleh raja terkahir Bani Ahmar Abu Abdillah. Penyerahan Granada ini diserahkan di halaman Istana Alhambra. Demikianlah Granada takluk dan menyerah yang diduduki oleh pengikut-pengikut Raja Ferdinand V dan Ratu Isabella pada tanggal 2 Januari 1492 M/ 2 Rabiul Awwal 898 H. Dengan kemenangan umat Kristen inilah orang-orang Islam dipaksa keluar dari tanah Spanyol, untuk yang mau menetap harus berpindah agama atau dibunuh kalau tidak mau keluar dan menjadi Katolik. Selain dari itu, orang-orang Yahudi pun ikut terusir dari tanah ini. Padahal, saat kekuasaan Islam sedang berjaya mereka mendapat tempat, kehormatan, dan pekerjaan yang layak oleh orang-orang Muslim Spanyol. Hampir delapan abad lamanya Islam berkuasa di Spanyol, dari Kordoba hingga Granada adalah bukti nyata sebagai kejayaan Islam tempo dulu serta peradaban tinggi di tanah Andalusia. BAB III PENUTUP Ekspansi-eksapansi ke berbagai wilayah dimasa kekuasaan dinasti Umayyah cukup luas baik di Timur maupun di Barat. Di sebelah Timur Bani Umayyah dapat menguasai daerah Khurasan sampai ke Kabul. Disebelah barat mereka berhasil menguasai Afrika Utara sampai ke Spanyol. Kemajuan-kemajuan yang di capai di masa Bani Umayyah sangat nampak pada masa pemerintahan Al-Walid Ibn Abd al-Malik. Namun pada tahun 750 M Kekuasan bani Umaiyyah I dapat direbut Bani abbas dan seluruh keluarga kerajaan tewas kecuali Abdurrohman yang mampu melarikan diri ke Andalusia dan berhasil mendirikan kerajaan di sana. Perkembangan politik islam di Andalusia sangat dinamis. Kekuasaan Islam di Andalusia dapat dikelompokkan menjadi tujuh masa bentuk pemerintahan yaitu: 1. masa pemerintahan propinsi ( 711-755) 2. masa pemerintahan amir-amir keturunan baniUmaiyyah (755 – 925 ) 3. masa perintahan Kholifah Bani Umaiyyah (929-1031) 4. masa pemerintahan raja – raja golongan daerah-daerah/ mulukut thowaif 5. masa pemerintahan Daulah murobitun (1056-1147) 6. masa pemerintahan daulah Muwahhidun ( 1147- 12690 7. masa pemerintahan baniAhmar ( 1232 -1492) Banyak kemajuan – kemajuan yang dicapai umat islam di Andalusia, namun karena sering terjadinya perbutan kekuasaan akhirnya mereka lemah dan puncaknya ketika raja – raja dari utara yang beragama Kristen menyerang kekuasaan islam akhirnya penguasa islam terakhir dari bani ahmar harus menyerahkan kekuasaanya kepada Raja Ferdinand V dan Ratu Isabella pada tanggal 2 Januari 1492 M/ 2 Rabiul Awwal 898 H.